.
Headlines News :
Home » , , , » Agresi ke - II Belanda di Aceh

Agresi ke - II Belanda di Aceh

Written By Admin on Saturday, January 19, 2019 | 12:03 PM

Agresi ke - II Belanda di Aceh (Atjeh de Orloog)
Oleh: Paul Van't Veer.
Ekspedisi yang pertama telah gagal karena tindakan yang tergesa-gesa, dengan perlengkapan yang sangat buruk dan ketiadaan rencana peperangan. Anggaran Belanda Hinda-Belanda telah dinaikkan dengan 5,5 juta golden, lebih dari setengahnya adalah untuk marinir yang memperlihatkan gambaran yang buruk sekali.
Untuk keperluan Hindia di negeri Belanda sedang diusahakan mengerahkan dua ribu orang lebih banyak dari kekuatan yang telah ada. Karena desas desus mengenai tugas-tugas berat ke Aceh menembus ke Eropa, maka dengan segera terpaksalah uang-uanh dilipat gandakan menjadi 400. Pada pihak perwira-perwira Belanda terdapat banyak pekerjaan Untuk di tempatkan diseberang lautan mereka itu memperolah hadiah sebanyak 1500. Namun perwira-perwira kesehatan belumlah dapat dikerahkan secukupnya meskipun hadiah mereka dinaikkan sampai 4500.
Sungguh upah yang sangat tinggi pada masa itu.

Perhatian sepenuhnya ditujukan terhadap masalah persenjataan. Pasukan artileri memiliki 72 pucuk meriam. Ditambah lagi dengan dua buah pucuk senapan yang paling mutakhir pada masa itu. Dari betawi dibawa pabrik roti uap yang lengkap, akan tetapi karena beberapa kerusakannya pabrik itu tidak dapat di pergunakan, sehingga lebih kurang 3000 anggota militer Eropa dengan menggerutu harus memilih makan biskuit kapal yang sangat keras atau makan nasi. Begitu juga halnya dengan kereta api kecil dengan relnya sepanjang 6 Km serta 6 buah gerbongnya. Adanya pompa-pompa modern, dua buah jembatan besi dan sebuah pangkalan sementara, sebuah bengkel pambuat senapan, sebuah tempat pemeriksaan air sebuah bengkel besi dsb.,dsb., semuanya menunjukkan adanya organisasi sempurna seperti belum pernah dialami di Hindia-Belanda.

Akhirnya kekuatan tentara untuk Aceh berjumlah lebih kurang 13.000 orang. Diantaranya 389 orang perwira, 8.156 orang bawahan, 1.037 orang pembantu perwira, 3.280 orang hukuman kerja paksa dan 243 orang wanita. Mereka itu diberangkatkan dari berbagai kota garnisun di jawa ke Aceh. 19 buah kapal pengangkut telah disewa, semua apa yang diperdapat di Betawi dan Singapure, dan dalam jumlah itu termasuk juga kapal-kapal asing seperti 'Maddaloni' milik Jenderal Italia Nino Bixio.
Satu perjalanan dengan orang-orang mati di kapal, bukan sebagai panjar atas kesulitan-kesulitan yang akan di temui di Aceh akan tetapi sebagai warisan wabah kolera yang periodik, yang pada penghujung bulan oktober 1873 baru saja melanda Betawi, yang juga di gunakan oleh Belanda nantinya di untuk membunuh pejuang2 Aceh, ribuan orang yang sedang naik ke kapal menjadi mangsa yang paling empuk sekali bagi penyakit itu. Keberangkatan yang tadinya 1 Nopember di tunda sampai 10 hari, sedang pada hari keberangkatan itu tidak ada upacara-upacara yang tadinya di rencanakan, di kapal sudah tercatat 60 orang mati, dan sekali mereka mendarat jumlah korban semakin bertambah setiap hari. hujan turun tak henti-hentinya tempat-tempat berteduh menjadi becek dan kekurangan dokterpun segera terasa.
Pada taggal 9 desember salah satu dari brigade itu (yang keempat telah dikirim ke padang sebagai cadangan), setelah melakukan latihan perang-perangan semua di Padang. Kemudian mereka didaratkan kembali di pantai aceh yang berawa-rawa. Setelah melakukan peperangan dengan cukup hati-hati, barulah setelah 14 hari pasukan induk dapat bermarkas didekat kampung Peunayong.
Pada akhir desember 1873 meninggal 150 orang penyakit kolera dan 500 orang pasien dirawat di tenda-tenda yang berpindah-pindah harus ketempat kering sebanyak 18 orang perwira dan 200 orang bawahan harus diangkut ke padang dalam keadaan sakit karena rumah sakit darurat tidak dapat menampung lagi. Dengan demikian, maka sebelum ekspedisi itu memulai tugasnya, ia telah kehilangan sepersepulah lebih kekuatannya.

Jan van Swieten

Sebelunya mereka mendarat, Van Swieten mengirim utusannya dengan membawa surat-surat kepada Sultan yang masih muda itu serta penasihat-penasihatnya. Surat-surat itu di ajukan supaya sultan menyerah, tetapi tidak di jawab sedang utusan-utusannya di bunuh. Setelah pasukan mendarat, memang ada beberapa pemuka rakyat yang rendah kedudukannya didaerah pantai datang manyerah. Di antara mereka itu adalah kepala daerah Meuraxa bernama Teuku Ne'. di luar daerah Aceh ia disebut 'Raja'. Akan tetapi disini dinamakan Ulee Balang.
Setelah mengalami beberapa buah peperangan di pantai ketika menuju peunayong, tempat didirikannya markas besar yang tetap, maka pada tanggal 6 januari mulailah Van Swieten melakukan serangan besar-besaran yang pertama. Serangan tersebut di tujukan ke Masjid Raya yang kini untuk ketiga kalinya harus di rebut oleh tentara Hindia Belanda, dalam tempo sepuluh bulan. Lagi-lagi diderita kekalahan yang besar, Serangan itu di lakukan oleh sebuah brigade lengkap yang terdiri 1.400 orang, pada akhir serangan tercatat dua ratus orang serdadu menderita luka parah dan 14 orang perwira luka. Sungguh kerugian bagi Belanda yang cukup besar, Van Swieten malah telah menghitungnya dgn angka-angka kerugian lain. Disini dalam sehari saja sepertujuh brigadenya sudah tak terpakai lagi. Oleh karenanya dalam menghadapi serangan-seranga ke Dalam (istana) ia mempersiapkan kembali penyelidikan-penyelidikan yang lebih sempurna serta melakukan tembakan yang terus menerus. Atas Nasehat Teuku Ne' dilakukan pengepungan terhadap Dalam. Lobang-lobang perlindunganpun digali dan kedalamnya ditempatkan meriam-meriam besar. Juga sekoci-sekoci yang di perlengkapi dengan meriam-meriam kecil turut mengambil bahagian dalam serangan-serangan itu. Akhirnya setelah di beri syarat untuk menyerang Dalam pada tgl 24 januari 1874 di ketahuilah pada malam harinya lawan telah menyingkir dari tempat itu. Daerah Dalam yang bertembok itu dgn bangunan-bangunan besar dan kecil yang telah menjadi reruntuhan dan tak ada sebuah pun yang menyerupai istana lagi yang telah jatuh ke tangan tentara Hindia-Belanda tanpa perlawanan apa-apa.
Di Betawi dan Negeri Belanda Perebutan Dalam Dianggap sebagai sukses terpenting yang telah di capai oleh ekspedisi. Dendam pada bulan April 1873 telah dibalas pada bulan januari 1874.
Van Sweiten karena gembiranya memerintahkan tentara memainkan musik lagu Wien Neerlandsch bloed (barang siapa yang berdarah india) seta mengedarkan bendera kampanye kepada para perwira yang sengaja di bawa untuk maksud tersebut. Perintah harian yang di tujukan kepada para pasukannya disusun dengan gaya bahasa tentara yang seindah-nya. ('Dalam Sultan Aceh tekah kita miliki dan bangsa Aceh yang perkasa itu telah tunduk kepada keberanian dan kecakapan anda berperang').
Di Den Haag Staats-Courant' (koran negara) Belanda telah menerbitkan nomor istimewa dengan selebaran yang berjudul "Dalam Sultan Aceh telah kita miliki". Di gedung-gedung pemerintah di kota-kota di HIndia dan negeri Belanda dikibarkan bendera; pada malam harinya di pasang bunga-bunga api, sementara di gedung kesenian Kerajaan di Den Haag setelah musik di memperdengarkan lagu-lagu penghormatan, dinyanyikan lagu kebangsaan dan setiap orang saling berpandang-pandangan dengan air mata yang berlinang-linang.
Akan tetapi kemenangan tidaklah dimulai dari Dalam Sultan Aceh. Berlainan sekali dengan adat kebiasaan negara2 lain, maka kehilangan tempat kediaman Sultan dalam memerangi Aceh tidaklah berarti apa-apa. Bahkan kemangkatan sultan muda itu akibat penyakit kolera yang diimpor oleh tentara Hindia-Belanda tidak sedikitpun menimbulkan perbedaan semangat perjuangan pada pihak-pihak Aceh. Tembakan-tembakan gencar terhadap Dalam, Mesjid Raya dan serangan-serangan terhadap tempat-tempat kedudukan tentara Hindia-Belanda di teruskan siang dan malam oleh pejuang-pejuang Aceh. Orang-orang Aceh yang tidak memiliki pasukan-pasukan yang teratur, paling banyak mereka berperang dalam jumlah puluhan atau ratusan orang, akan tetapi demikianlah mereka itu memulai peperangan gerilya seolah-olah telah berlatih secara mahir untuk maksud-maksud tersebut.
sumber
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Your Link 1 | Kupi Atjeh | Your Link 2
Copyright © 2011. Kupi Aceh - All Rights Reserved
Theme Maskolis Oprexed Your Link 1
Powered by You Know It