.
Headlines News :
Home » , » Abu Dawöed Beureuéh & Pengakuan Prabowo

Abu Dawöed Beureuéh & Pengakuan Prabowo

Written By Admin on Thursday, December 27, 2018 | 5:16 AM

Abu Dawöed Beureuéh dan Pengakuan Prabowo 
Saat berkunjung ke Aceh tadi, Prabowo dihadapan banyak orang di Lampulo ia mengatakan kalau Ayahnya Soemitro Djojohadikoesoemo sudah dianggap sebagai anak oleh Tengku Abu Dawoëd Beureuéh. Secara tidak langsung, ia ingin mengatakan kalau dirinya adalah "cucu" Abu Dawöed Beureuéh.
Banyak yang tidak tahu, 1 Mei 1978 atau satu tahun sesudah dideklarasikan Aceh Merdeka oleh Tengku Hasan di Tiro. Kala itu, Indonesia dibawah kepemimpinan Suharto, mantan mertua Prabowo Subianto, membentuk tim khusus untuk menangkap Abu Dawöed Beureuéh agar diasingkan ke Jakarta.Tim khusus itu dipimpin oleh Letnan Satu Sjafrie Sjamsoeddin.
Abu menolak untuk dibawa, bahkan disaat penolakan Abu yang saat itu sudah tua justru anak buah Sjafri menyuntik obat bius ke badan Abu. Abu Dawöed melawan, hingga jarum suntik patah, dan darah berceceran membasahi badan dan baju Abu yang lusuh. [Photo Baju Abu berceceran darah dimuat dalam Buku H.M. Nur El Ibrahimy]
Bahkan, saat anak buah Sjafri membawa Abu Dawöed dengan Helikopter, Abu dalam kondisi tidak sadarkan diri dan disumpal dengan kayu yang sudah dibalut kain, agar mulut Abu selalu terbuka. [Lihat Photonya dalam Buku Hasan Tiro Karya Murizal Hamzah]
Sjafrie adalah teman se-angkatan Prabowo di Akademi Militer pada tahun 1974 saat menempuh pendidikan TNI Angkatan Darat, demikian juga Susilo Bambang Yudhoyono. Tahun 1997, Sjafri menjadi Pangdam Jaya, dan Prabowo menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) hingga kemudian menjadi Panglima Konstrad.
Ironis, jika Prabowo mengatakan kalau Ayahnya diangkat menjadi anak oleh Abu Dawöed Beureuéh yang dianggap lawan oleh Republik. Tidak ada bukti sejarah terkait pengakuanya itu. Karena faktanya, Sjafri yang menangkap Abu Dawöed adalah temannya Prabowo, dan Suharto adalah Presiden dari rezim Orde Baru yang telah menzalimi Abu Dawöed Beureuéuh itu adalah mertuanya, dan Soemitro adalah besan Suharto.
Jika ditilik, kondisi lingkaran kekuasaan saat itu seperti Devil One Swarp alias Jén saböeh Abéuk. Karena, tidak mungkin, kala seorang "Ayah" akan ditangkap oleh teman dari anaknya Soemitro tidak mampu mencegahnya, apalagi dia adalah bagian dari kekuatan Orde Baru yang kejam.
Abuwa Keunôeng Peungéut, Miwa Keunôeng peungéut, oh Akhé masa aneuk muda pih keunông peungéut. Begitulah salah satu lagu Aceh dulu menarasikan sejarah kepada kita generasi masa depan. Mubut! (Haekal Afifa).
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Your Link 1 | Kupi Atjeh | Your Link 2
Copyright © 2011. Kupi Aceh - All Rights Reserved
Theme Maskolis Oprexed Your Link 1
Powered by You Know It