.
Headlines News :
Home » » Merawat Ingatan 142 Tahun Perang Aceh

Merawat Ingatan 142 Tahun Perang Aceh

Written By Admin on Sunday, March 22, 2015 | 10:05 PM

Merawat Ingatan 142 Tahun Perang Aceh

- Prang Belanda (Perang Belanda)
- Prang Gompeuni (Perang Perusahaan)
- Prang Sabi (Perang Suci)
- Prang Kaphe (Perang melawan kafir).

Perang kolonial yang paling berlarut-larut dalam sejarah Belanda. Apa yang dimulai sebagai tindakan yang ditargetkan terhadap Sultan Aceh untuk pengiriman melalui Selat Malaka yang lebih aman, akhirnya menjadi konflik berkepanjangan Selama 69 tahun Belanda harus berjuang terus menerus di Aceh (1873-1942).Sebuah bencana perang terpanjang dan paling sengit dalam sejarah kolonial Belanda.

Pada tahun 1871 Belanda dan Great Britain menandatangani perjanjian yang disebut "The Sumatra Treaty" menentukan antara lain bahwa Belanda bebas untuk memperluas kendali mereka atas seluruh pulau Sumatera, dan dengan demikian tidak berkewajiban untuk menghormati independensi dan integritas Kerajaan Aceh sebagaimana tercantum dalam "London Treaty" 1824. Pada tanggal 7 Maret 1873, Komisaris FN Nieuwenhuyzen menuju Aceh dengan kapal perang ' Citadel van Antwerpen dan kapal Siak.

Di pulau Penang konvoi ini diperkuat dengan dua kapal perang tambahan: Marnix dan Coehoorn. Mereka tiba di Aceh pada 22 Maret dan menyampaikan ultimatum kepada Sultan Aceh, Tuanku Mahmud Syah. Balasan tidak menyenangkan Sultan disebabkan Nieuwenhuyzen menyatakan perang pada tanggal 26 Maret 1873. Pada tanggal 6 April Belanda mendarat di Pante Ceureumen. Namun, mereka berhasil dipukul mundur oleh pejuang Aceh. Tanggal April 8 Belanda berhasil mendaratkan pasukan utama mereka.

Tahun 1880 Kerajaan Belanda melangalami kerugian lebih dari 115 juta fluorin (kira-kira kurs 2015 Rp.837 milyar) untuk biaya perang Aceh. Dengan jumlah besar uang yang dihabiskan dalam jangka waktu tujuh tahun, Belanda hanya mampu menempati area seluas 10 kilometer persegi, sebuah fenomena yang paling luar biasa dalam sejarah kolonialisme Belanda. Pada akhir 1884, kerugian Kerajaan Belanda bertambah menjadi 150 juta florin.

Pada tahun 1891, setelah hampir 20 tahun perang, korban jiwa Belanda berjumlah 1.280 orang tewas dan 5.287 terluka ditambah jumlah 200 juta fluorin. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa perang Aceh berakhir pada tahun 1913 atau 1914, tapi yang lain mengatakan bahwa perang itu berakhir pada tahun 1942. Paul van 't Veer, dalam bukunya “De Atjehoorlog” ditulis pada tahun 1969 mengatakan bahwa "Aceh adalah daerah terakhir ditundukkan oleh Belanda dan itu juga pertama yang memisahkan diri dari Belanda". Penarikan Belanda pada tahun 1942 adalah akhir dari pendudukan di Aceh.
Suber Foto:
media-kitlv.nl
tropenmuseum.nl
Sumber : https://www.facebook.com/groups/SAHABAT.MAPESA/
kiriman https://www.facebook.com/irfan.noer
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Your Link 1 | Kupi Atjeh | Your Link 2
Copyright © 2011. Kupi Aceh - All Rights Reserved
Theme Maskolis Oprexed Your Link 1
Powered by You Know It