.
Headlines News :

Label atas

.

Misteri Putri Cantik Bersuami Seratus di Aceh

Kamar pengantin itu tampak gemerlap. Kemilaunya bukan dari pancaran emas permata hadiah pernikahan Sang Sultan, tetapi karena sosok putri dengan kecantikan yang tak terlukiskan itu.

Perempuan itu Nian Nio Liang Khie. Pengantin Sultan Meurah Johan. Nian Nio Liang Khie yang telah berganti nama Putroe Neng tampak menunduk malu di sudut ruangan. Pancaran kecantikan Sang Permaisuri itu tak redup dalam keremangan. Betapa kebahagiaan Sultan Meurah Johan tak terperikan. Malam itu adalah malam pertama bagi keduanya.

Sultan Meurah Johan masih teringat. Sebelum putri laksamana Tiongkok itu dipersuntingnya, jangankan untuk saling mencintai, saling sapa saja tidak mungkin. Keduanya adalah musuh di medan tempur. Yang ada hanya hasrat untuk saling menghabisi.

Kala itu, ketika Islam belum menyentuh seluruh kerajaan-kerajaan yang ada di Aceh, 2 ribu pasukan wanita berpakaian serba merah di bawah komando Nian Nio Liang Khie dan ibunya Liang Khie datang menyerbu. Mereka hendak menaklukkan Kerajaan Indra Jaya, Indra Patra, dan Indra Puri. Tujuannya, menyatukan sejumlah kerajaan di Pulau Ruja (Sumatera), masa itu.

Mendengar berita bahwa kerajaan tetangga diserang, Kerajaan Indra Purba yang dipimpin Indra Sakti bersiap menghadapi lawan. Saat itu, Raja Indra Sakti meminta bantuan laskar perang dari kerajaan Islam di Peureulak.

Liang Khie tewas dalam pertempuran, sementara Nian Nio Liang Khie menjadi tawanan perang. Dari dalam kurungan, pesona sang putri itu tak terbendung dan menarik hati siapa pun yang melihat. Sultan Meurah Johan, ulama dan pendiri Kerajaan Darud Donya Aceh Darussalam pun demikian.

Kendati telah menikah dengan Putri Indra Kusuma, yakni putri bungsu dari Kerajaan Indra Sakti, tetapi, Sultan Meurah Johan urung membuang perasaan cintanya kepada Nian Nao Liang Khie. Dia sudah kadung terpana.

Setelah bergabung dengan Kerajaan Darud Donya, cinta Sultan Meurah Johan berbalas. Dia akhirnya menikahi gadis keturunan Tiongkok itu. Saat itu, Nian Nao Liang Khie masuk Islam dan mengubah namanya menjadi 'Putroe Neng'.

"Siapa sangka, malam pertama yang harusnya menjadi malam bahagia bagi mereka, berujung kematian Meurah Johan. Tubuh Meurah Johan terbujur kaku dengan kulit tubuh membiru," tutur Ali, penghayat sejarah dan budaya Aceh, asal Meulaboh, kepada Liputan6.com, Selasa, 11 Desember 2018, pagi.

Putroe Neng terperangah. Dia geming. Membisu di samping tubuh suaminya yang sudah tidak bernyawa. Sultan Meurah Johan meregang nyawa beberapa saat setelah menyentuh pujaan hatinya itu.

Di atas, hanya awal perjalanan kehidupan cinta maharani asal Kerajaaan Tiongkok itu. Selanjutnya, ada 98 orang bernasib sama dengan Sultan Meurah Johan. Setiap yang menjadi suami Putroe Neng nan cantik jelata itu, pasti meregang nyawa pada malam pertama.

Saat itu, kabar bahwa Putroe Neng membawa sial merebak. Banyak orangtua takut anaknya mendekati janda kembang itu. Cerita kalau menikahi Putroe Neng membawa kematian menyebar cepat. Seiring itu, meroket pula cerita kecantikan Putroe Neng yang memesona.

Banyak pria mencoba mendekati. Betapa kecantikan dan keanggunan yang dimiliki Putroe Neng tak dapat ditolak. Satu persatu pria meminang, satu persatu pun dipinang, tetapi oleh kematian. Sebanyak 99 suami tewas di tempat tidur, sementara Putroe Neng hanya mampu menangis. Apa gerangan yang salah pada dirinya.

"Kisah Putroe Neng ini sangat fenomenal lho. Sempat ditulis dalam novel 'Putroe Neng' sentuhan epik Ayi Jufridar, berhalaman 384 halaman," sebut Ali.

Kutukan berakhir saat perempuan yang kesepian dan selalu dirundung kesedihan itu dinikahi oleh Syeikh Syiah Hudam, yang tak lain adalah pria keseratus yang menikah dengan Putroe Neng.

Malam pertama mereka dilewati dengan kebahagiaan tak terperi. Kini Putroe Neng tak lagi merasa sepi dan sendiri. Sayangnya, hingga ajal menjemput, keduanya tidak mempunyai keturunan.

"Lalu, apa yang menyebabkan 99 suami lainnya tewas setelah menyentuh Putroe Neng di malam pertama? Nah, mereka meninggal gara-gara senjata, di kemaluan Putroe Neng. Ya, ada racun ditanam semacam susuk oleh nenek Putroe Neng di genitalnya, sebagai upaya menyelamatkan sang cucu dari tindak pemerkosaan zaman perang, saat itu," kata Ali.

AngKhi, panggilan sayang Putroe Neng sewaktu kecil, ditaruh sesuatu di alat kelaminnya oleh sang nenek pada saat dia berumur 7 tahun. Saat itu, Khie Nai-Naisaat, nenek Putroe Neng, takut cucunya menjadi korban keganasan perang.

Namun, pada saat menjalani malam pertama dengan Syekh Syiah Hudam, dia sudah menyadari ada sesuatu yang tersimpan pada alat kelamin sang istri. Tanpa disadari Putroe Neng, diam-diam dia berhasil mengeluarkan susuk tersebut. Syekh Syiah Hudam pun melalui malam pertama dan malam-malam selanjutnya dengan selamat.

Konon, susuk tersebut dimasukkan oleh Syekh Syiah Hudam ke dalam sepotong bambu dan dipotong menjadi dua bagian. Satu bagian dibuang ke laut, dan bagian lainnya dibuang ke gunung. Setelah racun itu dikeluarkan, kecantikan Putroe Neng meredup.

Dianggap Hoaks

Benar tidaknya cerita Putroe Neng memiliki seratus suami diragukan banyak pihak. Mereka menilai, itu hanyalah pengibaratan. Menggambarkan bagaimana komandan perang asal Tiongkok itu telah menaklukkan seratus pria di medan pertempuran.

Selain itu, kendati sudah banyak literasi mengenai Putroe Neng, tetapi, belum ada yang mampu mengungkap siapa 98 suami selain Sultan Meurah Johan dan Syekh Syah Hudam.

"Ya, kisahnya memang fenomenal. Namun itu cenderung dianggap mitos. Kita juga tidak tahu. Namun, yang pasti, yang namanya 'Putroe Neng' itu benar adanya. Ada kuburannya," ucap Ali pada akhir ceritanya.

Kuburan Putroe Neng alias Nian Nio Liang Khie berada di pinggir jalan di Banda Aceh-Medan, tepatnya di kawasan 'Makam Putroe Neng' di Desa Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Kompleks pemakaman ini sudah dipugar beberapa kali sejak 1978.

Sumber

KOLEKSI PANTUN MELAYU KLASIK

Sirih berlipat sirih pinang

Sirih dari Pulau Mutiara
Pemanis kata selamat datang
Awal Bismillah pembuka bicara

Tetak buluh panjang suluh
Mari jolok sarang penyengat
Angkat doa jari sepuluh
Doa minta biar selamat

Tuailah padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intailah kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan

Hendak dulang diberi dulang
Dulang berisi sagu mentah
Hendak pulang ku beri pulang
Tinggalkan pantun barang sepatah


Lancang kuning lancang pusaka
Nampak dari Tanjung Puan
Kalau kering laut Melaka
Barulah saya lupakan tuan

Asam kandis mari dihiris
Manis sekali rasa isinya
Dilihat manis dipandang manis
Lebih manis hati budinya

Ayam hutan terbang ke hutan
Tali tersangkut pagar berduri
Adik bukan saudara bukan
Hati tersangkut kerana budi

Ayam rintik di pinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga

Bila memandang ke muka laut
Nampak sampan mudik ke hulu
Bila terkenang mulut menyebut
Budi yang baik ingat selalu

Burung Serindit terbang melayang
Mari hinggap di ranting mati
Bukan ringgit dipandang orang
Budi bahasa rangkaian hati

Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di pohon kayu
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah adat pusaka Melayu

Bukan lebah sebarang lebah
Lebah bersarang di rumpun buluh
Bukan sembah sebarang sembah
Sembah menyusun jari sepuluh

Laksamana berempat di atas pentas
Cukup berlima dengan gurunya
Bagaikan dakwat dengan kertas
Sudah berjumpa dengan jodohnya

Membeli papan di tengah pekan
Papan kecil dibuat tangkal
Mengapa umpan ikan tak makan
Adakah kail panjang sejengkal

Rumah limas anjung Selatan
Bunga kemuning tumbuh di laman
Tangkainya emas bunganya intan
Bolehkah ranting hamba patahkan

Tumbuh betik di tepi laman
Pokok berangan pokok teruntum
Sungguh cantik bunga di taman
Bolehkah gerangan petik sekuntum

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Baik-baik menanam selasih
Jangan menimpa sipohon sena
Baik-baik memilih kekasih
Jangan sampai badan merana

Baik-baik mengail tenggiri
Takut terkena siikan parang
Baik-baik merendah diri
Jangan menjadi hamba orang

Bintang tujuh sinar berseri
Bulan purnama datang menerpa
Ajaran guru hendak dicari
Mana yang dapat janganlah lupa

Buah mangga melendur tinggi
Buah kuini berangkai tiga
Hidup kita tidur dan mati
Sudah mati baru terjaga

Buat bangsal di Pulau Daik
Menahan taut sambil mengilau
Kalau asal benih yang baik
Jatuh ke laut menjadi pulau

Budak-budak bermain tombak
Tombak diikat dengan rantai
Kalau takut dilambung ombak
Jangan berumah di tepi pantai

Halia ini tanam-tanaman
Ke barat juga akan condongnya
Dunia ini pinjam-pinjaman
Akhirat juga akan sungguhnya

Hari panas mencucuk benang
Benang menjahit baju kebaya
Air jernih lubuknya tenang
Jangan disangka tiada buaya

Kalau tahu peria tu pahit
Tidak ku gulai dengan petola
Kalau tahu bercinta tu sakit
Tidak ku mulai dari semula

Kalau tuan pergi ke Kelang
Belikan saya semangkuk rojak
Jangan diturut resmi kiambang
Sungguhpun hijau akar tak jejak

Pisang kelat digonggong helang
Jatuh ke lubuk di Indragiri
Jika berdagang di rantau orang
Baik-baik menjaga diri

Asap api embun berderai
Patah galah haluan perahu
Niat hati tak mahu bercerai
Kehendak Allah siapa yang tahu

Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belumlah teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belumlah sembuh
**********
Anak punai anak merbah
Hinggap ditonggak mencari sarang
Anak sungai lagikan berubah
Inikan pula hati orang

Apa guna pasang pelita
Jika tidak dengan sumbunya
Apa guna bermain kata
Kalau tidak dengan sungguhnya

Buah kuini jatuh tercampak
Jatuh menimpa bunga selasih
Biar bertahun dilambung ombak
Tidak ku lupa pada yang kasih

Kajang tuan kajang berlipat
Kajang hamba mengkuang layu
Dagang tuan dagang bertempat
Dagang hamba terbuang lalu

Buah jambu disangka kandis
Kandis ada di dalam cawan
Gula madu disangka manis
manis lagi senyuman tuan

Dari Arab turun ke Aceh
Naik ke Jawa berkebun serai
Apa diharap pada yang kasih
Badan dan nyawa lagi bercerai

Bunga Melati terapung-apung
Bunga rampai di dalam puan
Rindu hati tidak tertanggung
Bilakah dapat berjumpa tuan

Burung Merak terbang ke laut
Sampai ke laut mengangkut sarang
Sedangkan bah kapal tak hanyut
Inikan pula kemarau panjang

Bunga Melur kembang sekaki
Mari dibungkus dengan kertas
Di dalam telur lagi dinanti
Inikan pula sudah menetas

Dalam perlak ada kebun
Dalam kebun ada tanaman
Dalam gelak ada pantun
Dalam pantun ada mainan

Dari Jawa ke Bengkahulu
Membeli keris di Inderagiri
Kawan ketawa ramai selalu
Kawan menangis seorang diri

Dari teluk pergi pangkalan
Bermain di bawah pohon kepayang
Saya umpama habuk di papan
Ditiup angin terbang melayang

Daun selalsih di Teluk Dalam
Batang kapas Lubuk Tempurung
Saya umpama si burung balam
Mata terlepas badan terkurung

Orang Melayu naik perahu
Sedang berdayung hujan gerimis
Hancur hatiku abang tak tahu
Mulut tertawa hati menangis

Orang tani mengambil nipah
Hendak dibawa ke Indragiri
Seluruh alam ku cari sudah
Belum bersua pilihan hati

Pasir putih di pinggir kali
Pekan menyabung ayam berlaga
Kasih tak boleh dijual beli
Bukannya benda buat berniaga

Ribu-ribu pokok mengkudu
Cincin permata jatuh ke ruang
Kalau rindu sebut namaku
Airmata mu jangan dibuang

Kalau roboh kota Melaka
Sayang selasih di dalam puan
Kalau sungguh bagai dikata
Rasa nak mati di pangkuan tuan

Limau purut lebat di pangkal
Batang mengkudu condong uratnya
Hujan ribut dapat ditangkal
Hati yang rindu apa ubatnya

Kalau menyanyi perlahan-lahan
Dibawa angin terdengar jauh
Rindu di hati tidak tertahan
Di dalam air badan berpeluh

Ku sangka nanas atas permatang
Rupanya durian tajam berduri
Ku sangka panas hingga ke petang
Rupanya hujan di tengahari

Kayuh perahu sampai seberang
Singgah bermalam di kampung hulu
Bukan tak tahu dunia sekarang
Gaharu dibakar kemenyan berbau

lembing atas tangga
perisai atas busut
kening atas mata
misai atas mulut

anak ikan dipanggang sahaja
hendak dipindang tidak berkunyit
anak orang dipandang sahaja
hendak dipinang tiada berduit

saya tak hendak berlesung pauh
lesung pauh membuang padi
saya tak hendak bersahabat jauh
sahabat jauh merisau hati

burung serindit terbang melayang
singgah dihinggap di ranting mati
duit ringgit dipandang orang
jarang dipandang bahasa budi

batu sangkar batu berpahat
terpahat nama raja bestari
makanan arif, kias ibarat
pantun seloka, ulam jauhari

daun durian jatuh tercampak
lopak-lopak isi selasih
tujuh tahun dilambung ombak
tiada kulupa hati yang kasih

Anak Cik Siti mencari tuba
Tuba dicari di Tanjung Jati
Di dalam hati tidakkan lupa
Bagai rambut tersimpul mati

Limau purut di luar pagar
Rimbun putik dengan bunganya
Hujan ribut padang terbakar
Embun setitik padam apinya

Puas saya bertanam ubi
Nanas jugak dipandang orang
Puas saya menabur budi
Emas juga dipandang orang

Tenang-tenang air di laut
Sampan kolek mudik ke tanjung
Hati terkenang mulut menyebut
rindu kini tiada penghujung

Tinggi-tinggi pohon jati
Tempat bermain simanja sayang
Sungguh tinggi harga budi
Budi dibalas kasih dan sayang

Bunga Tanjung kembang semalam
Pohon tinggi tidak berduri
Gelombang besar di laut dalam
Kerana Tuan saya kemari
**********
Burung merpati terbang seribu
Hinggap seekor di tengah laman
Hendak mati di hujung kuku
Hendak berkubur di tapak tangan
**********
Dari mana hendak ke mana
Tinggi rumput dari padi
Hari mana bulan mana
Dapat kita berjumpa lagi
**********
Padi ini semumba-mumba
Daun kurma daun cempedak
Macam mana hati tak hiba
Entah bertemu entah tidak
**********
Permata jatuh ke rumput
Jatuh ke rumput berbilang-bilang
Dari mata tidakkan luput
Dalam hati tidakkan hilang
**********
Akar keladi melilit selasih
Selasih tumbuh di hujung taman
Kalungan budi jujungan kasih
Mesra kenangan sepanjang zaman
**********
Ayam rintik di pinggir hutan
Nampak dari tepi telaga
Nama yang baik jadi ingatan
Seribu tahun terkenang juga
**********
Anak beruk di tepi pantai
Pandai melompat pandai berlari
Biar buruk kain dipakai
Asal hidup pandai berbudi
**********
Kiri jalan kanan pun jalan
Tengah-tengah pohon mengkudu
Kirim jangan pesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu
**********
Mendung si mega mendung
Mendung datang dari utara
Jangan selalu duduk termenung
Kalau termenung badan merana
**********
Pohon mengkudu tumbuhnya rapat
Rapat lagi pohon jati
Kawan beribu mudah didapat
Sahabat setia payah dicari
**********
Pokok terap tumbuh di bukit
Belat berbanjar panjang ke hulu
Jangan diharap guruh di langit
Kilat memancar hujan tak lalu
**********
Sampan kotak hilir mudik
Dayung patah galah sebatang
Ikhtiar tidak datang menggolek
Akal tidak datang melayang
**********
Siti Wan Kembang perintah Kelantan
Nama termasyhur zaman dahulu
Baik-baik memilih intan
Takut terkena kaca dan batu
**********
Buah langsat kuning mencelah
Senduduk tidak berbunga lagi
Sudah dapat gading bertuah
Tanduk tidak berguna lagi
**********
Dua paya satu perigi
Seekor bujuk anak haruan
Tuan di sana saya di sini
Bagai pungguk rindukan bulan
**********
Gesek rebab petik kecapi
Burung tempua membuat sarang
Apa sebab jadi begini
Karam berdua basah seorang ?
**********
Hendak gugur gugurlah nangka
Jangan menimpa putik pauh
Hendak tidur tidurlah mata
Jangan mengenang si dia yang jauh
**********
Kain batik negeri seberang
Dipakai anak Tanah Melayu
Apa ertinya kasih dan sayang
Kalaulah abang berjanji palsu
**********
Pantai Cendering pasirnya putih
Anak dagang berulang mandi
Apa disesal orang tak kasih
Sudah suratan diri sendiri
**********
Disana pauh di sini pun pauh
Daun mengkudu ditandungkan
Adinda jauh kekanda jauh
Kalau rindu sama tanggungkan
**********
Pulau Tinggi terendak Cina
Nampak dari Pulau Sibu
Abang pergi janganlah lama
Tidak kuasa menanggung rindu
**********
Putik pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Tuan jauh di negri satu
Hilang di mata di hati jangan

 

Awan membeku timbul airsalju
bertepek digunung menggegel badanku
cuaca sejuk nikmat terkedu
Ya Allah nikmatmu hingga iman membeku

Fikiran merawang ilham tangis sendu
islam berjuang pahlawan sodok sudu
ilmu terbuang ibadah terkubur
bilakah  ayat Al-Quran terpahat subur

Anak padi semakin tumbuh
bumi tersadai tanaman menjalur
insan dibumi semakin jauh
sunnatullah semakin keliru diatur

===========================

Pulau Pandan jauh ketengah,
Gunung Daik bercabang tiga,
Hancur badan dikandung tanah,
Budi baik dikenang jua.

Pisang Emas bawa belayar,
masak sebiji di atas peti,
Hutan emas boleh ku bayar
Hutang budi ku bawa mati.

Kalau ada sumur di ladang,
Boleh saya menumpang mandi.
jika ada umur yang panjang,
Boleh kita berjumpa lagi.

===============

semua orang bergelang tangan,
saya seorang bergelang kaki,
semua orang berkata jangan,
saya seorang mengikut hati.

=============

GURINDAM JIWA
Tuai padi antara masak
Esok jangan layu-layuan
Intai kami antara nampak
Esok jangan rindu-rinduan

Anak cina pasang lukah
Lukah dipasang di Tanjung Jati
Di dalam hati tidak ku lupa
Sebagai rambut bersimpul mati

Batang selasih permainan budak
Daun selasih dimakan kuda
Bercerai kasih talak tiada
Seribu tahun kembali juga

Burung merpati terbang seribu
Hinggap seekor di tengah laman
Hendak mati di hujung kuku
Hendak berkubur di tapak tangan

Kalau tuan mudik ke hulu
Carikan saya bunga kemboja
Kalau tuan mati dahulu
Nantikan saya di pintu syurga


sumber : halaqah.net

Dragon Dialog


Mereka membisu sejenak, lalu guru bertanya, “Bisakah kau katakan, alat mental paling penting apa yang bisa dimiliki seseorang?”

Pertanyaan serius, dan murid cukup lama sebelum berkata, “Kebulatan tekad.”

Guru mencabik roti menjadi dua dengan jemarinya. “Aku bisa memahami kenapa kau mendapat kesimpulan itu. Kebulatan tekad terbukti berguna dalam petualanganmu kelak. Tapi bukan. Maksudku alat yang diperlukan untuk memilih tindakan terbaik dalam situasi apapun. Kebulatan tekad umum dimiliki di antara orang-orang bodoh dan lambat, juga di antara mereka yang cerdas dan cemerlang. Jadi, bukan, kebulatan tekad bukanlah yang kita cari.”

Kali ini murid memperlakukan pertanyaan itu sebagai teka-teki, menghitung jumlah katanya, membisikkan keras-keras untuk mencari tahu apakah ada arti tersembunyi. Masalahnya, ia tak lebih daripada pemecah teka-teki kelas menengah. Pikirannya terlalu harfiah untuk memecahkan teka-teki yang belum pernah didengarnya, warisan dari cara ayah yang praktis membesarkannya.

“Kebijaksanaan,” katanya pada akhirnya. “Kebijaksanaan adalah alat yang paling penting yang bisa dimiliki seseorang.”

“Tebakkan yang cukup bagus, tapi, sekali lagi, bukan. Jawabannya adalah logika. Atau, dengan kata lain, kemampuan berpendapat secara analisis. Kalau diterapkan dengan benar, logika bisa mengatasi kurangnya kebijakan, yang hanya bisa diperoleh melalui usia dan pengalaman.”

Murid mengerutkan kening, “Ya, tapi guru bukankah memiliki hati yang baik lebih penting daripada logika? Logika murni bisa menyebabkan saya bisa mendapatkan kesimpulan yang secara moral salah, sedang jika saya bermoral jujur, dipastikan saya tidak mengambil tindakan memalukan.”

Senyum tipis muncul di bibir guru. “Kau salah memahami permasalahannya. Yang ingin aku ketahui adalah alat yang paling berguna yang bisa dimiliki seseorang, terlepas dia baik atau jahat. Aku setuju memiliki sifat baik sangat penting, tapi aku yakin jika kau harus memilih antara memberi penawaran mulia pada seseorang atau mengajari berpikir jernih. Maka kau akan lebih memilih mengajarinya berpikir jernih. Terlalu banyak masalah di dunia ini disebabkan orang-orang yang memiliki tujuan baik tapi dari benak yang salah.”

“Sejarah memberi kita puluhan contoh orang-orang yakin mereka benar dan melakukan kejahatan mengerikan karenanya. Ingatlah, muridku, bahwa tidak ada yang menganggap dirinya penjahat, dan hanya yang sedikit orang yang mengambil keputusan yang menurut mereka salah. Seseorang mungkin tidak menyukai pilihannya, tapi ia akan mempertahankannya karena, bahkan dalam kondisi terburuk, ia percaya itulah pilihan terbaik yang tersedia baginya waktu itu.”

“Kalau dianalisis secara terpisah, menjadi orang yang lebih baik bukanlah jaminan kau akan bertindak dengan baik, yang mengembalikan kita pada perlindungan yang kita miliki terhadap para penipu, siasat licik bahkan kesintingan orang banyak, dan pembimbing kita menjalani kehidupan yang tidak pasti, pikiran jelas dan beralasan. Logika tidak pernah mengecewakan dirimu, kecuali kau tidak menyadari, atau sengaja mengabaikan konsekuensi tindakamu.”

“Kalau semua guru logis itu,” kata murid, “maka kalian semua pasti menyetujui tindakan yang harus diambil.”

“Jarang,” kata guru. “Seperti setiap kelompok orang, kami mengikuti banyak sekali aturan yang bermacam-macam dan, akibatnya, kami sering mencapai kesimpulan yang bertentangan, bahkan dalam situasi yang sama. Kesimpulan, kalau boleh kutambahkan, yang masuk akal dari sudut pandang semua orang. Dan sekalipun aku menginginkan yang sebaliknya, tidak semua guru melatih pikirannya dengan benar.”

“Bagaimana guru mengajarkan logika ini padaku?”

Senyum guru melebar. “Dengan metode paling tua dan efektif, berdebat. Aku akan bertanya kepadamu, lalu kau akan mempertahankan jawabanmu.” Ia menunggu sementara murid mengisi gelas dengan air. “Misalnya, bagaimana dengan bentuk bumi?”

Murid tidak siap menghadapi perubahan topik yang tiba-tiba ini. Tadinya guru hanya akan membicarakan hal-hal santai di sore ini, “semua orang tahu kalau bumi itu bulat.”

“Lalu kau mempercayai kata-kata mereka?”

“Maksud guru?”

“Bahwa kau mempercayai kata orang-orang tanpa pernah berusaha membuktikannya?”

“Tepat sekali,” kata murid.

“Ah, tapi coba jawab ini, buktikan!”

“Kalau ada kapal yang berangkat meninggalkan lautan, lamat laun ia menghilang karena menuju sisi bumu yang lain, itu membuktikan bumi itu bulat.” Murid tersenyum puas.

“Tidakkah itu terjadi karena bumi terlalu luas, sehingga jarak pandang berkurang?”

Murid ternganga, tertegun karena guru bisa membalikkan jawabannya. Bumi jelas bulat, dan tertegun karena tidak ada jawaban mudah yang ditemukannya. Ia tahu dirinya benar, tapi bagaimana membuktikannya? “Apa anda berpendapat bumi itu tidak bulat?”

“Bukan itu pertanyaannya?”

“Tapi guru pasti berpendapat begitu,” Kata murid, berkeras.

Dengan janggut tercelup teh, guru melanjutkan minum, membiarkan murid mendidih dalam kebisuan. Sesudah selesai, guru melipat tangan di pangkuan dan bertanya, “Apakah aku membuatmu gusar?”

“Ya, benar.”

“Baiklah, kalau begitu, pertimbangkan terus masalah ini hingga kau menemukan jawaban. Kuharap jawaban yang meyakinkan.”

Keesokan harinya murid datang dengan wajah muram, ia mencari guru diruangannya. “Saya yakin bumi bulat, kitab-kitab yang saya baca semalam berkata begitu, terserah guru percaya atau tidak. Saya belum mampu membuktikan sekarang, tapi kelak akan.”

Murid meletakkan berbagai kitab yang diperoleh, dan membuka berhalaman-halaman serta menunjukkan dengan bersemangat, sang guru memperhatikan lingkaran hitam di sekitar mata si murid, ia tersenyum. “Terserah guru percaya atau tidak, bumi ini bulat!”

“Benar muridku, bumi ini bulat. Tapi bukan itu pesan yang ingin aku katakan kepadamu. Jika kamu meyakini sesuatu buktikan!”

Murid tersenyum.

Sumber : Tengku Puteh

Melawan Lupa Tragedi Simpang KKA

Kala itu, tidak ada pembelaan apapun dari orang lain. Apalagi mengadakan Aksi Akbar Bela Aceh sambil mengelilingi Istana Indonesia. Kecuali, diri kita sesama bangsa Aceh.
Kala itu, tidak ada pembelaan dari para agamawan lain bahwa ini adalah tindakan terkutuk yang dilakukan negara. Apalagi, sampai mengadakan Shalat Ghaib berjamaah di mesjid-mesjid, stadion-stadion di ibukota negara. Kecuali, hanya ulama kita dan sesama bangsa Aceh.
Kala itu, tidak ada hasil ijtima' apapun dan dari siapapun yang mampu menggerakkan jiwa-jiwa manusia sebagai tanda persoalan darah lebih penting dari persoalan pemilihan kepala negara. Kecuali, hanya kita bangsa Aceh yang saling duduk memanusiakan manusia.
Saya tidak pernah lupa. Tidak ada cerita tersadis yang pernah kubaca selain kisah para santri yang diberondong bersama gurunya. Tidak ada film terpilu yang pernah kutonton selain para perempuan, anak-anak dan orangtua tanpa senjata yang ditembak secara babi-buta. Tidak ada berita tersedih yang pernah kudengar selain mereka yang diikat batu, dililit kawat lantas ditenggelamkan dalam keabadian semesta.
Doa Untuk kalian yang telah menulis sejarah negeri ini dengan darah dan airmata. Aku tak pernah lupa jika mereka melebihi Belanda!
Simpang KKA, 3 Mei 2019
Haikal Afifa

Sebelum Hasan tiro memberontak

15 September 1945 :
Sebelum Hasan tiro memberontak. Daud cumbok sudah melakukan kan. Namun sayang gerakan Daud cumbok di tumpas oleh republiken sejati tanpa bantuan dari batavia.arti nya pemberontak terhadap RI ditumpas oleh putra Aceh sendiri. Hasan tiro dan guru nya Tgk Daud beureueh adalah orang yg sangat gigih mempertahakan kan jabang bayi indonesia mardeka yg baru berumur hitungan Bulan itu.
Fitnah terhadap Daud cumbok yang tdk pernah terbukti itu menjadikan Aceh sebagai bagian dari NKRI. Hasan Tiro akhir nya menjadi pemberontak seperatis yg ingin mengembalikan Aceh kembali sebagai Negara berdaulat.sedangkan Daud beureuh memberontak hanya ingin menganti kan pancasila dengan syariat islam serta mengantikan imam dari imam sukarno ke Imam kartosuwiryo.
Teuku Muhammad Daud Cumbok, putra hulubalang Desa Cumbok, lahir tahun 1910, menentang kemerdekaan RI di Aceh. Pejuang kemerdekaan RI di Aceh, dipimpin Sjamaun Gaharu menyerbu Markas Daud Cumbok. Daud Cumbok meninggal. Dikenal sebagai ”Peristiwa Cumbok”, ini merupakan konflik pertama kali antara kelompok pro-RI dengan penentangnya.
Kelompok pro-RI dimotori pusa, sedangkan penentang bergabung dengan RI dimotori hulubalang daerah pidie. Di daerah ini belakangan dikenal sebagai basis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) setelah Hasan Tiro ke luar negeri. Sebelumnya, pusat GAM di Pidie. Peristiwa ini sebenarnya antiklimaks dari pertentangan mereka sejak penjajahan Belanda (1910-1920).
Akhir 1949 Daud Beureueh bersikukuh untuk mendukung kemerdekaan RI. Bahkan, mengalang pengumpulan dana dari rakyat Aceh untuk membiayai pemerintah RI. Tempo dua bulan, terkumpul 500.000 dolar AS. Sebanyak 250.000 dolar AS disalurkan kepada angkatan perang RI, 50.000 dolar AS untuk perkantoran RI, 100.000 dolar AS untuk pengembalian pemerintah RI dari Yogyakarta ke Jakarta, dan 1000 dolar AS diserahkan kepada pemerintah pusat melalui AA Maramis.
Kemudian rakyat Aceh mengumpulkan 5 kg emas untuk membeli obligasi pemerintah untuk membiayai perwakilan Indonesia di Singapura, pendirian Kedutaan Besar RI di India dan pembelian dua pesawat terbang untuk transportasi pejabat RI.

Pembagian Suke suke di Aceh

Seri Sultan Alaiddin Riayat Sjah Alqahar yang memegang kerajaan dari tahun 1537 '_1568 membahagi golongan rakjatnja atas keasalannya yang dinamai kaum atau sukeë. Orang2 suku Hindu yang datang, tampaknya mebentuk 4 kesatuan dan berdiam di Tanoh Abeë, Lam Leuot.Pentja, Montasik dan Lam Nga .
Sebagai Kepala kaum dari mereka adalah
Radja Raden tinggal di Tanoh Abeë.
Orang2 yang berasal dari suku Batak/Karo membentuk kaum Ieë reuloih (kaum tiga ratus), dari suku Hindu Kling (Dagang) kaum Imeum
Peuët (Imam empat) dan orang2 asing lain : 'Arab, Parsi, Turki dll. dari sana-sini datangnya, membentuk kaum Tok Bateë (cukup batu).
Keluarga Sulthan sendiri termasuk dalam suku Tok Bateë. Kemudian barulah terjadi kaum ja Sandang yang berasal dari campuran (peranakan) suku Hindu dan Batak Kareë.
Penginkut2nja memeluk Agama Islam, dikepalai oleh 4 orang (panglima kaum), yang bergelar Imam. Imam2 inilah jang mendjadi penanggun'g jawab dari 4 kaum itu, yang pada akhir abad XIX masih djuga terdapat di Atjeh Besar.
Dalam pantun Atjeh ada disebut :
Kaum Iheë reutoih ban aneuk drang,
kaum Dja Sandang djeura haleba,
kaum tok bateë batjut-batjut,
kaum imeum peuët jang gok-gok donja.
Artinya:
A. Kaum tiga ratus, sebagai bidji drang, yang semacam pohon kacang tanah, tumbuhnya setelah musim memotong padi. matilah segala djerami, maka tumbuhlah sendiri pohon2 drang itu dengan suburnya, buahnya diatas seperti kacang hijau, tetapi bijinya lebih halus.
B.Kaum Dja Sandang, sebagai djeura haleba. haleba (bidji kelabat) warna kuning, bidji ini bahan pemasak kari guna menghilangkan bau
banjir pada daging atau ikan. bidji ini lebih besar sedikit dari bidji drang,
C. Kaum tok Bateë, bacut-bacut. jakni cuma sedikit saja.
D.Kaum Imeum peuët, yang gok2 donya, Gogok = guntjang. maknanja : Kaum ini berpengaruh besar dan memegang peranan penting
dalam pemerintahan.
jadi kaum Imeuem Peuët adalah kaum yang berpengaruh terbesar. Sesudah kaum ini. maka kaum tiga ratuslah yang dapat dipandang besar dan alasanya maka terbentuk kaum itu adalah sebagai beriku!
Orang2 suku Hindu dan Batak/Karo bersengketa karena suatu perkara zina. 300 Orang suku Batak/Karo berhadapan dengan 400 orang suku Hindu hendakmenyelenggarakannya persengketaan itu dengan mengangkat senjata.
Guna menghindari perang saudara ini.maka mereka memperoleh kata sefakat, bahwa orang yang bersalah itu dibawa kesatu arena (tanah lapang) disana akan dilakukan hukum adat, tetapi kemudian dapat dibebaskan.
Bila ia. diWaktu dilakukan tuntutan untuk membunuhnya, dapat melarikan dirinya kesalah satu kaum yang berada disekitar arena itu, yang kelak dapat menempatkannja dalam perkauman mereka, hal ini terjadilah sehingga kedua kaum yang dimaksud bersetia tolong menolong melindungi yang bersalah itu.
Sejak waktu inilah orang2 suku Batak/Karo disebut kaum tiga ratus dan orang2 suku Hindu yang menjadi kaum empat ratus.
Sukeë tok Bateë terbentuk dari orang2 asing lain : Arab, Parsi, Turki, Habsji.Kling dll.yang berturut2 diam di Atjeh.
Tentang terjadinja pun ada suatu ceritera pula yaitu : Sewaktu Sultan Alaiddin Riajat Sjah Alqahar membangunkan sebuah istana, maka dikerahkan Baginda rakjatnya berseraja membawa batu2 untuk keperluan itu. Orang orang bangsa asing turut juga melakukan pekerdjaan itu dan mereka ini yang lebih giat bekerja dan lekas mencukupi batu untuk keperluan pembangunan istana itu.
Sesudah batu2 penghabisan dibawa oleh orang2 asing ini. maka Suthan bertitah supaja menghentikan pekerdjaan itu, disebabkan batu sudah cukup (Tok Bateë). Sejak waktu itulah orang2 jang berasal dari bangsa asing digelarkan kaum Tok Bateë.
Suithan familie asalnyapun dari orang2 diluar Atjeh. umumnja dari orang2 Parsi,'Arab,Malaju dan Bugis, yang mempunyai pengetahuan memerintah secara Islam dan terpandang karena pergaulan dan bijaksananya, menurut sedjarah Melaju ada djuga turunan Radja Atjeh yang datang dari cempa.Kembodja,jadi Raja dan keluargaya termasuk dalam kaum Tok Bateë.
Djikalau ceritera orang dapat dipercaya. maka kaum Dja Sandang ada kemungkinan berasal dari seorang Radja Batak datangnya dari XXII
mukims. kampung Lam Panaih.Laweuëng, Kalé dan Pandei. dipesisir Selat Malaka.
Nama gelarnya diperolehnya dari seorang Sultan Atjeh. kerena ia mempersembahkan kepada Sultannja setiap tahun satu bambu
(pacok) yang berisikan tuak yang disandang dibahunya dengan seutas tali.
Kaum2 Dja Sandang. Iheë reutoih dan Tok Bateë untuk dapat mengimbangi kaum 400. selalu bersatu. Djuga kaum2 ini disebutkan kaum Iheë reutoih (kaum tiga ratus). Setiap kampung atau mukim biasanja didjumpai
orang2 jang berasal dari berbagai2 kaum. tetapi selamanja dikuasai oleh kaum jang orang2nja banjak mendjadi penduduknja.
Mereka jang terikat dalam satu kaum, berada dibawah kuasa dari atau satu kepala-famili jang bergelar Panglima kaum.
Kaum adalah sekeIuarganja jang dinamai djuga aneuk sukeë (anak suku). Dalam pemerintahan jang dahulu2 ada djuga terdjadi pertumpahan-darah jang dipersengketakan antara kaum 300 dengan kaum 400.
Manakala terjadi persengketaan ini.maka masing-masing anak kaum mencari kaumnya yang merupakan tali Famili. Dimasa yang begini rupa. maka perkawinan antara kaum dimaksud tidaklah dilakukan orang.
Dalam masa peperangan dengan Portugis dan sampai kepada Belanda mareka melupakan perselisihan sesamanja untuk kepentingan negara (tarich aceh dan nusantara HM zainuddin.ft suke di gayo)

Agresi ke - II Belanda di Aceh

Agresi ke - II Belanda di Aceh (Atjeh de Orloog)
Oleh: Paul Van't Veer.
Ekspedisi yang pertama telah gagal karena tindakan yang tergesa-gesa, dengan perlengkapan yang sangat buruk dan ketiadaan rencana peperangan. Anggaran Belanda Hinda-Belanda telah dinaikkan dengan 5,5 juta golden, lebih dari setengahnya adalah untuk marinir yang memperlihatkan gambaran yang buruk sekali.
Untuk keperluan Hindia di negeri Belanda sedang diusahakan mengerahkan dua ribu orang lebih banyak dari kekuatan yang telah ada. Karena desas desus mengenai tugas-tugas berat ke Aceh menembus ke Eropa, maka dengan segera terpaksalah uang-uanh dilipat gandakan menjadi 400. Pada pihak perwira-perwira Belanda terdapat banyak pekerjaan Untuk di tempatkan diseberang lautan mereka itu memperolah hadiah sebanyak 1500. Namun perwira-perwira kesehatan belumlah dapat dikerahkan secukupnya meskipun hadiah mereka dinaikkan sampai 4500.
Sungguh upah yang sangat tinggi pada masa itu.

Perhatian sepenuhnya ditujukan terhadap masalah persenjataan. Pasukan artileri memiliki 72 pucuk meriam. Ditambah lagi dengan dua buah pucuk senapan yang paling mutakhir pada masa itu. Dari betawi dibawa pabrik roti uap yang lengkap, akan tetapi karena beberapa kerusakannya pabrik itu tidak dapat di pergunakan, sehingga lebih kurang 3000 anggota militer Eropa dengan menggerutu harus memilih makan biskuit kapal yang sangat keras atau makan nasi. Begitu juga halnya dengan kereta api kecil dengan relnya sepanjang 6 Km serta 6 buah gerbongnya. Adanya pompa-pompa modern, dua buah jembatan besi dan sebuah pangkalan sementara, sebuah bengkel pambuat senapan, sebuah tempat pemeriksaan air sebuah bengkel besi dsb.,dsb., semuanya menunjukkan adanya organisasi sempurna seperti belum pernah dialami di Hindia-Belanda.

Akhirnya kekuatan tentara untuk Aceh berjumlah lebih kurang 13.000 orang. Diantaranya 389 orang perwira, 8.156 orang bawahan, 1.037 orang pembantu perwira, 3.280 orang hukuman kerja paksa dan 243 orang wanita. Mereka itu diberangkatkan dari berbagai kota garnisun di jawa ke Aceh. 19 buah kapal pengangkut telah disewa, semua apa yang diperdapat di Betawi dan Singapure, dan dalam jumlah itu termasuk juga kapal-kapal asing seperti 'Maddaloni' milik Jenderal Italia Nino Bixio.
Satu perjalanan dengan orang-orang mati di kapal, bukan sebagai panjar atas kesulitan-kesulitan yang akan di temui di Aceh akan tetapi sebagai warisan wabah kolera yang periodik, yang pada penghujung bulan oktober 1873 baru saja melanda Betawi, yang juga di gunakan oleh Belanda nantinya di untuk membunuh pejuang2 Aceh, ribuan orang yang sedang naik ke kapal menjadi mangsa yang paling empuk sekali bagi penyakit itu. Keberangkatan yang tadinya 1 Nopember di tunda sampai 10 hari, sedang pada hari keberangkatan itu tidak ada upacara-upacara yang tadinya di rencanakan, di kapal sudah tercatat 60 orang mati, dan sekali mereka mendarat jumlah korban semakin bertambah setiap hari. hujan turun tak henti-hentinya tempat-tempat berteduh menjadi becek dan kekurangan dokterpun segera terasa.
Pada taggal 9 desember salah satu dari brigade itu (yang keempat telah dikirim ke padang sebagai cadangan), setelah melakukan latihan perang-perangan semua di Padang. Kemudian mereka didaratkan kembali di pantai aceh yang berawa-rawa. Setelah melakukan peperangan dengan cukup hati-hati, barulah setelah 14 hari pasukan induk dapat bermarkas didekat kampung Peunayong.
Pada akhir desember 1873 meninggal 150 orang penyakit kolera dan 500 orang pasien dirawat di tenda-tenda yang berpindah-pindah harus ketempat kering sebanyak 18 orang perwira dan 200 orang bawahan harus diangkut ke padang dalam keadaan sakit karena rumah sakit darurat tidak dapat menampung lagi. Dengan demikian, maka sebelum ekspedisi itu memulai tugasnya, ia telah kehilangan sepersepulah lebih kekuatannya.

Jan van Swieten

Sebelunya mereka mendarat, Van Swieten mengirim utusannya dengan membawa surat-surat kepada Sultan yang masih muda itu serta penasihat-penasihatnya. Surat-surat itu di ajukan supaya sultan menyerah, tetapi tidak di jawab sedang utusan-utusannya di bunuh. Setelah pasukan mendarat, memang ada beberapa pemuka rakyat yang rendah kedudukannya didaerah pantai datang manyerah. Di antara mereka itu adalah kepala daerah Meuraxa bernama Teuku Ne'. di luar daerah Aceh ia disebut 'Raja'. Akan tetapi disini dinamakan Ulee Balang.
Setelah mengalami beberapa buah peperangan di pantai ketika menuju peunayong, tempat didirikannya markas besar yang tetap, maka pada tanggal 6 januari mulailah Van Swieten melakukan serangan besar-besaran yang pertama. Serangan tersebut di tujukan ke Masjid Raya yang kini untuk ketiga kalinya harus di rebut oleh tentara Hindia Belanda, dalam tempo sepuluh bulan. Lagi-lagi diderita kekalahan yang besar, Serangan itu di lakukan oleh sebuah brigade lengkap yang terdiri 1.400 orang, pada akhir serangan tercatat dua ratus orang serdadu menderita luka parah dan 14 orang perwira luka. Sungguh kerugian bagi Belanda yang cukup besar, Van Swieten malah telah menghitungnya dgn angka-angka kerugian lain. Disini dalam sehari saja sepertujuh brigadenya sudah tak terpakai lagi. Oleh karenanya dalam menghadapi serangan-seranga ke Dalam (istana) ia mempersiapkan kembali penyelidikan-penyelidikan yang lebih sempurna serta melakukan tembakan yang terus menerus. Atas Nasehat Teuku Ne' dilakukan pengepungan terhadap Dalam. Lobang-lobang perlindunganpun digali dan kedalamnya ditempatkan meriam-meriam besar. Juga sekoci-sekoci yang di perlengkapi dengan meriam-meriam kecil turut mengambil bahagian dalam serangan-serangan itu. Akhirnya setelah di beri syarat untuk menyerang Dalam pada tgl 24 januari 1874 di ketahuilah pada malam harinya lawan telah menyingkir dari tempat itu. Daerah Dalam yang bertembok itu dgn bangunan-bangunan besar dan kecil yang telah menjadi reruntuhan dan tak ada sebuah pun yang menyerupai istana lagi yang telah jatuh ke tangan tentara Hindia-Belanda tanpa perlawanan apa-apa.
Di Betawi dan Negeri Belanda Perebutan Dalam Dianggap sebagai sukses terpenting yang telah di capai oleh ekspedisi. Dendam pada bulan April 1873 telah dibalas pada bulan januari 1874.
Van Sweiten karena gembiranya memerintahkan tentara memainkan musik lagu Wien Neerlandsch bloed (barang siapa yang berdarah india) seta mengedarkan bendera kampanye kepada para perwira yang sengaja di bawa untuk maksud tersebut. Perintah harian yang di tujukan kepada para pasukannya disusun dengan gaya bahasa tentara yang seindah-nya. ('Dalam Sultan Aceh tekah kita miliki dan bangsa Aceh yang perkasa itu telah tunduk kepada keberanian dan kecakapan anda berperang').
Di Den Haag Staats-Courant' (koran negara) Belanda telah menerbitkan nomor istimewa dengan selebaran yang berjudul "Dalam Sultan Aceh telah kita miliki". Di gedung-gedung pemerintah di kota-kota di HIndia dan negeri Belanda dikibarkan bendera; pada malam harinya di pasang bunga-bunga api, sementara di gedung kesenian Kerajaan di Den Haag setelah musik di memperdengarkan lagu-lagu penghormatan, dinyanyikan lagu kebangsaan dan setiap orang saling berpandang-pandangan dengan air mata yang berlinang-linang.
Akan tetapi kemenangan tidaklah dimulai dari Dalam Sultan Aceh. Berlainan sekali dengan adat kebiasaan negara2 lain, maka kehilangan tempat kediaman Sultan dalam memerangi Aceh tidaklah berarti apa-apa. Bahkan kemangkatan sultan muda itu akibat penyakit kolera yang diimpor oleh tentara Hindia-Belanda tidak sedikitpun menimbulkan perbedaan semangat perjuangan pada pihak-pihak Aceh. Tembakan-tembakan gencar terhadap Dalam, Mesjid Raya dan serangan-serangan terhadap tempat-tempat kedudukan tentara Hindia-Belanda di teruskan siang dan malam oleh pejuang-pejuang Aceh. Orang-orang Aceh yang tidak memiliki pasukan-pasukan yang teratur, paling banyak mereka berperang dalam jumlah puluhan atau ratusan orang, akan tetapi demikianlah mereka itu memulai peperangan gerilya seolah-olah telah berlatih secara mahir untuk maksud-maksud tersebut.
sumber
 
.

Comment

.

Label 1

Support : Your Link 1 | Kupi Atjeh | Your Link 2
Copyright © 2011. Kupi Aceh - All Rights Reserved
Theme Maskolis Oprexed Your Link 1
Powered by You Know It