.
Headlines News :
Home » » Tanah Warisan para raja

Tanah Warisan para raja

Written By Admin on Thursday, April 2, 2015 | 7:00 AM

Tanah Warisan Para Raja (LAMURI)

Oleh : Tgk Taqiyuddin, Lc
Milik sendiri, sejarah sendiri, warisan sendiri, tapi jangankan untuk menjaga dan mempertahankan, untuk mengambil kebijakan yang tepat mengenai kawasan tinggalan sejarah itu pun harus menunggu keputusan dan arahan dari pihak lain. Jadi mungkin kita jangan banyak cuaplah tentang perbaikan nasib, tentang harkat dan martabat apalagi tentang kedaulatan diri di atas tanah sendiri. Kita bukanlah orangnya.

Lebih baik kita bicara tentang kekalahan mental yang kita derita, dan tentang kemauan untuk hidup di bawah kaki orang lain, apabila hanya untuk "memerdekakan" beberapa hektar tanah warisan para pendahulu kita pun harus menunggu instruksi dari pihak lain. Bukannya menyarankan pihak lain untuk mendukung langkah-langkah kita dalam merawat "keuneubah indatu", tapi malah menunggu orang yang tidak banyak mengerti tentang kita mengarahkan apa yang layak kita lakukan. 

Mental macam apa ini? Padahal, persoalannya hanya pada melestarikan kawasan "incit tapak indatu nyan, kerana na ureung nyan, na geutanyoe" sebagai suatu tanda bahwa mereka pernah hadir dan telah membangun identitas yang kita miliki hari ini. 

Arkheolog Deddy Satria memperhatikan salah satu nisan yang bertebaran di bukit Lamreh.

Maaf, bila beberapa kalimat ini terkesan provokatif. Itu pun sudah di'rem' sedapat mungkin daripada yang sebenarnya mesti diperkatakan. Namun, jika kalimat ini dinilai provokatif, maka ada kalimat yang lebih provokatif lagi, tapi sungguh dalam maknanya. Hasan Tiro (Paduka yang Mulia Wali Nanggroe) said: "Well, our history has been every things. And we know every things like that before. So, there is no thing more than I need to know more than that." ("Sejarah Aceh adalah segalanya, dan kita mengetahui itu dari dulu. Saya pulang demi sejarah, tidak lebih dari itu”). (Demikian, Arsip Metro TV).

Sungguh kita ingin perdamaian ini suatu perdamaian yang bermartabat, bukan perdamaian untuk mengulang kisah tangis dan jera yang pernah dilalui bangsa ini.
Di sini tempat terbaik mengasah rasa untuk jadi lebih peka. Di sini, dalam aroma masa silam yang semerbak wanginya, adalah tempat yang tepat untuk membina anak-anak kita, generasi masa depan, menjadi pemanggul tanggung jawab untuk agama dan bangsanya. 
Pantai Lamreh

Di sini, tidak semata-mata sebuah kenangan dan nostalgia, tapi semangat, keberanian, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat ditimba. Di sini, bukan hanya pemandangan alam yang indah karya Maha Pencipta, tapi juga sebuah pengabdian kepada-Nya telah ditunaikan di masa lampau. Ruh, tekad, cita-cita dan harapan mereka masih senantiasa hidup di sana; yaqut yang senantiasa memancarkan kilauannya.

Andaikan kita bisa menjaganya, serta mengajukannya sebagai saksi masa lalu yang terus dapat kita dengarkan pesan dan petuahnya! Andaikan harap tidak semata-mata harap!
Saya yakin, semua kita akan mengatakan: ini penting.
Ribuan kali matahari telah terbenam di ufuk ini, dan nisan-nisan itu masih bertahan untuk menjadi alamah, tanda, dan dengan sendirinya. Apakah itu tidak bisa menjadi tanda dari suatu kemuliaan. Lalu kita datang, merusak kemuliaan itu. Makhluk apa kita ini, sebenarnya?
Sumber Gambar  
Mapesa Group Facebook

Share this post :

Post a Comment

 
Support : Your Link 1 | Kupi Atjeh | Your Link 2
Copyright © 2011. Kupi Aceh - All Rights Reserved
Theme Maskolis Oprexed Your Link 1
Powered by You Know It